Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan terakhir dari kitab-kitab sebelumnya sehingga kita harus meyakini bahwasannya al-Qur’an adalah kitab yang paling sempurna. Semua permasalahan umat Islam dari sejak al-Qur’an diturunkan pada generasi sesudahnya sampai dengan masa generasi kita saat ini dan sampai masa generasi yang akan datang nantinya. Al-Qur’an dapat memberikan solusi, penjelasan dan penyelesaian dari problematika kehidupan kita. Demikianlah pernyataan Imam As-Syafi’i Rohimahulloh yang terkenal sebagai imam madzhab yang mana keseharian beliau adalah seorang yang sangat dekat dengan al-Qur’an.
Diceritakan dalam biografi Al-Imam As-Syafi’i Rohimahulloh bahwasannya beliau bisa mengkhatamkan 2 kali al-Qur’an dalam waktu satu hari satu malam bahkan di waktu usia yang sangat muda, posisi masih tamyiz dan masih belum baligh. Dalam maqro’ nya 55 kitab Arrisalah:
قال الإمام الشافعي رحمه الله: فليست تنزل بأحد من أهل دين الله نازلة إلا وفي كتاب الله الدليلُ على سبيل الهدى فيها
Artinya: “Semua peristiwa/problematika kehidupan solusinya ada di dalam al-Qur’an“
وانزلنااليك الذكر لتبين للناس مانزل اليهم ولعلهم يتفكرون
Artinya: “Dan Kami turunkan Ad-Dzikr (Al-Qur'an) kepadamu, agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan.”(Qs. An-Nahl:44)
Allah memberikan otoritas kepada Nabi Muhammad Saw melalui ayat tersebut sehingga beliau disebut sebagai al-Mufassirul Awwal yaitu mufassir pertama yang menjelaskan isi dan kandungan al-Qur’an. Dan dari penjelasan nabi itulah yang kemudian disebut as-Sunnah an-Nabawiyyah yang terhimpun di dalam berbagai jenis kitab hadits yang kita ketahui seperti kitab al-Jamii’, as-Sunan, al-Musnad, al-Muwaththo’, al-Mustadrak, al-Athrof, al-Ajzaa’, az-Zawaaid dan seterusnya. Itulah ratusan ribu hadits Nabi yang digunakan sebagai penjelasan al-Qur’an. Maka ketika kita berbicara persyaratan seorang mufassir, syarat pertama yaitu
ان يكون عالما بالحديث النبوي الشريف رواية ودراية
Dia harus menguasai hadits-hadits nabi baik secara riwayat maupun diroyat. Baik teks dari hadits atau ilmu yang berkaitan dengan ilmu hadits diantaranya 'Ulumul Hadits, Qowa'idul Hadits, Mustholahul Hadits, Ushulul Hadits dan seterusnya.
Kata ulama' ;
النصوص متناهية والقضايا غيرمتناهية النوازل غيرمتناهية
Kemudian syarat kedua yaitu,
ان يكون عالما باللغة العربية
Ketika seseorang ingin menafsirkan al-Qur’an, seperangkat ilmu pengetahuan yang terkait dengan al-Qur’an itu harus dikuasai. Ada tujuh disiplin ilmu yang terkait dengan bahasa arab seperti, ilmu Nahwu, Shorof, Bayan, Badi’, Ma’ani dan seterusnya. Tanpa menguasai ilmu-ilmu tersebut kita tidak akan bisa memahami al-Qur’an karena tafsir berangkat dari kosa kata dan huruf-huruf dalam al-Qur’an.
Huruf al Qur’an juga terbatas, tapi yang harus kita ingat bahwa satu hurufnya saja sudah memberikan makna kepada kita, misal huruf Ba’, Ba’ itu bisa saja bermakna huruf jer, bisa bermakna huruf qosam, bisa bermakna jaza’ (tambahan), bisa saja bermakna Tab’id,dan seterusnya.
Maka dalam contoh pelaksanaan harian ketika berwudhu’ misalnya, apakah mengusap rambut harus diusap semuanya atau sebagiannya saja itu karena huruf Ba’ yang ada pada ayat فَٱمۡسَحُوا۟ بِوُجُوهِكُمۡ وَأَیۡدِیكُم,
Imam Abu Hanifah mengatakan Ba’ dalam ayat tersebut adalah “zaidah”, kalau zaidah berarti membasuh seluruh rambut, sedangkan Imam Syafi’i mengatakan Ba’ dalam ayat tersebut adalah “lil at Tab’id” berarti hanya membasuh sebagian rambut saja.
Jumlah huruf al qur’an kalau menurut syaikh Nawawi al-Bantani yaitu 315.980 huruf, kalau menurut Isma’il al Farukhi yang pernah menulis buku “al-I’jaz al-Adadi fi al-Qur’anil Karim” yaitu 323.916 huruf, yang menjadikan perbedaan antara mereka yaitu dikarenakan perbedaan menjadikan basmalah satu ayat dari setiap surat, atau tidak. Ketika satu huruf bertemu huruf yang lain menjadilah kosa kata atau kalimat, kalimat di dalam al Qur’an itu ada 77.934 kalimat.
Maka tidak ada kata selesai dalam menafsirkan al Qur’an, kita disuruh tartil, tafsir. Tafsir itu artinya menjelaskan, mengungkap kandungan isi al Qur’an, maka begitu pentingnya ilmu tafsir yang merupakan salah satu dari cabang ilmu al Qur’an yang harus kita kuasai. Sehingga imam al Zarkasy menyebutnya sebagai ilmu yang pertama dari 47 disiplin ilmu yang harus kita kuasai, supaya tafsirnya benar.
Terfokus dari penafsiran al-Qur’an, orang yang membaca al-Qur’an pun mempunyai keistimewaan tersendiri karena ketika orang tersebut membaca al-Qur’an berarti orang itu sedang berdialog dengan penciptanya yakni Allah Swt.
من اراد ان يتكلم مع الله فليقرأ القران
Orang yang bisa membaca al-Qur’an dengan baik akan mendapat jaminan bersama malaikat yang terhormat.
"الماهر بالقرآن مع السفرة الكرام البررة، والذي يقرأ القرآن ويتتعتع فيه وهو عليه شاق له أجران"
Tidak ada di dunia ini yang mulia setelah nabi melainkan “Haamilul Qur’an”. Di antara keistimewaannya yaitu 1) jaminan khusnul khotimah, 2) kelak dibangkitkan bersama Nabi, 3) jaminan keselamatan, dan 4) mereka akan mendapatkan pahala seperti pahala nabi.
Selain itu, orang yang menghafal al-Qur’an adalah mereka yang mengikuti sunnah Rosululloh, sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in. Karena disebutkan dalam sebuah buku bahwa orang yang hafal al-Qur’an tingkat kecerdasaannya akan lebih tinggi daripada orang yang tidak menghafal al-Qur’an. Mereka juga akan mendapat kan ketenganan jiwa semasa hidupnya dan diangkat derajatnya ketika di dunia dan di akhirat serta Allah akan memerintahkan kepada tanah/bumi agar tidak makan jasad orang yang menghafal al-Qur’an ketika orang tersebut sudah meninggal.
Beberapa keistimewaan tersebut akan kita dapatkan ketika kita sudah memutuskan untuk menjadi seorang “Haamilul Qur’an” dengan tidak terlepas dari apa yang sudah menjadi kewajiban kita yakni senantiasa menjaga dan mengamalkan apa yang sudah kita perjuangkan sebelumnya sehingga gelar “Haamilul Qur’an” tidak hanya membersamai kita di dunia bahkan di akhirat kelak, Aamin
Oleh: Prof. Dr KH. Said Aqil Husen Munawwar (Kajian Ilmiah pada SILAWIL I JMQH Jawa Timur, 28 Juli 2024)
0 Comments