Dalam mukaddimah ceramahnya, beliau berkata menyatakan bahwa, Mendukung JMQH adalah sesuatu yang disukai. Beliau menganggap hal tersebut sebagai ikhtiar dalam mencari barokah Al-Qur`an. Nabi saw. pernah bersabda :
كُنْ عَالِمًا أَوْ مُتَعَلِّمًا أَوْ مُسْتَمِعًا أَوْ مُحِبًّا وَلَا تَكُنْ خَامِسًا فَتَهْلِكَ
“Jadilah engkau orang berilmu, atau orang yang menuntut ilmu, atau orang yang mau mendengarkan ilmu, atau orang yang menyukai ilmu. Dan janganlah engkau menjadi orang yang kelima, maka kamu akan celaka” (HR. Al-Baihaqi)
Peristiwa Isra Mi’raj Nabi saw. hanya bisa diterima dengan keimanan. Karena secara hitungan manusia, perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha membutuhkan waktu sekurang-kurangnya 40 hari. Namun, Nabi saw. melaluinya dalam 1/3 malam saja. Kendaraan yang digunakan malam itu adalah Buraq yang ukuran kecepatannya seperti kedipan mata. Hal ini merupakan salah satu bentu kekuasan Allah yang mampu melakukan apa pun jika Ia menghendaki.
اِنَّمَآ اَمْرُهٗٓ اِذَآ اَرَادَ شَيْـًٔاۖ اَنْ يَّقُوْلَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ
“Sesungguhnya ketetapan-Nya, jika Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka, jadilah (sesuatu) itu.” (QS. Yasin : 82)
Sebelum Isra dan Mi’raj, Rasul terlebih dahulu melalui proses penyucian hati oleh malaikat. Hal ini dilakukan karena Rasul akan menghadap Allah dan menerima tugas. Dalam proses tersebut, ditemukan darah sebesar kacang hijau. Ini berarti Setan tidak pernah menyerah menggoda manusia meskipun kepada seorang Nabi. Terbukti saat dalam perjalanan, Setan mengejar Rasul untuk menghalanginya dari jalan kebaikan.
Ketika mi’raj, Rasul mendapat perintah untuk melakukan salat lima puluh waktu. Namun, di tengah perjalanan, beliau bertemu Nabi Musa yang menyarankan untuk meminta keringanan. Hal ini disampaikan kepada Allah yang akhirnya memutuskan untuk mengurangi kewajiban salat menjadi lima waktu saja. Namun salat lima waktu itu tetap akan diberi balasan pahala seperti salat lima puluh waktu.
Sebagai manusia, kita berkewajiban melakukan lima hal;
1. Menjaga Agama (حفظ الدين)
Terlahir sebagai muslim menjadi hal yang perlu disyukuri sekaligus juga menjadi tugas kita untuk menjaga keimanan sampai mendapat husnul khatimah.
2. Menjaga diri (حفظ النفس)
Menjaga diri merupakan bagian dari agama. Termasuk menjaga diri adalah dengan menjaga kesehatan diri serta mengindari berbagai penyakit.
3. Menjaga Akal (حفظ العقل)
Akal merupakan salah satu potensi terbesar manusia yang diberikan Allah. Ada banyak cara yang bisa digunakan untuk menjaga akal termasuk menghindari narkoba, dan lain sebagainya.
4. Menjaga Keturunan (حفظ النسل)
Menjaga keturunan salah satunya adalah dengan memberikan pendidikan terbaik bagi keturunan kita. Pesantren jadi solusi terbaik yang dapat mengajarkan ilmu, akhlak, kemandirian, dan lain lain.
5. Menjaga Harta (حفظ المال)
Menjaga harta bukan hanya dengan memeliharanya, tetapi juga memanfaatkannya dengan sebaik mungkin serta menghindari menghabiskan harta pada hal yang tidak semestinya.
KH. Bunyamin Hafidz, Ketua PWNU Banten
0 Comments