Jam'iyyah Mudarasatil Qur'an Lil Hafizhat (JMQH) Jawa Barat sukses menggelar Silaturahmi Wilayah (Silawil) pertama, yang dihadiri oleh lebih dari 3.000 Hafidzoh dari 16 kabupaten. Acara ini menjadi momentum penting dalam memperkuat jaringan penghafal Al-Qur’an di Indonesia serta membumikan syiar Qur’ani melalui berbagai program dan kegiatan spiritual.
Dalam acara tersebut, tausiah disampaikan oleh Umi Ny. Hj. Maftuhah Mannan Minan, Ketua Umum JMQH Pusat. Dalam pesannya, Umi menegaskan bahwa berdirinya JMQH merupakan buah dari keistiqamahan suaminya dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an. KH Minan Abdillah dikenal memiliki rutinitas unik: satu duduk, satu wudhu, satu khatam Al-Qur’an—tanpa makan, minum, berbicara, atau berpindah tempat. Bahkan, beliau mampu menyelesaikan dua khataman dalam sehari, dari Subuh hingga pukul 11.30 siang, lalu dilanjutkan lagi setelah Maghrib hingga tengah malam.
“Dengan keberkahan Al-Qur’an, yang mustahil bisa saja menjadi mudah terjadi atas izin Allah SWT,” ujar Umi Ny. Hj. Maftuhah Mannan Minan, memotivasi para peserta.
Acara ini juga memperkenalkan program unggulan Gerakan Baca Tartil (GBT) sebanyak 3 juz per hari, yang telah memberikan dampak positif bagi para anggotanya. Berbagai manfaat dari GBT disebutkan, antara lain:
- Masalah hidup terasa lebih mudah terselesaikan
- Hafalan Al-Qur’an menjadi lancar
- Silaturahmi semakin luas
- Rezeki bertambah
- Hati lebih tenang dan bahagia
Pesan penting yang selalu ditekankan dalam komunitas ini adalah menjaga keikhlasan, menjauhi sifat takabur, serta rutin murojaah agar hafalan tetap kuat hingga akhir hayat.
Tausiah kedua disampaikan oleh KH Aqil Siroj, yang membawakan kajian sejarah pelestarian Al-Qur’an dari masa Rasulullah SAW hingga kodifikasi Mushaf Utsmani. Ia menjelaskan bahwa pada masa Nabi, Al-Qur’an dihafal secara lisan oleh para sahabat karena keterbatasan sarana tulis. Namun, pasca wafatnya Rasulullah, Abu Bakar ash-Shiddiq memutuskan untuk membukukan Al-Qur’an demi menjaga keutuhan wahyu.
Kodifikasi dipimpin oleh Zaid bin Tsabit bersama beberapa sahabat seperti Ubay bin Ka’ab, Abdullah bin Mas’ud, dan Sayyidina Ali. Kemudian, penambahan titik dan harakat dilakukan oleh para ulama setelahnya, termasuk Abul Aswad Ad-Du’ali dan Imam Khalil bin Ahmad Al-Farahidi, demi mempermudah pembacaan Al-Qur’an bagi generasi berikutnya.
JMQH terus menegaskan pentingnya kehadiran dalam majelis dan acara bersama, tidak hanya untuk menjaga hafalan, tetapi juga memperkuat ukhuwah dan semangat dakwah. Harapannya, para Hafidzoh JMQH akan menjadi Ahlul Qur’an yang mulia, ahli syafa’at, dan kelak berkumpul bersama orang-orang pilihan di surga Allah SWT.
“Hafidzoh berkiprah, Indonesia Barokah. Semoga kita termasuk orang-orang yang baik dan mulia di sisi Allah. Aamiin ya Rabbal ‘Alamin,” pungkas Umi Ny. Hj. Maftuhah Mannan Minan.
0 Comments